Minggu, 11 Desember 2011 | By: RifkiArya

Setitik Harapan ,



Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Aku juga tak mengharuskan bahwa pasanganku kelak adalah yang sempurna. Karena tak mungkin ada makhluk yang sempurna di dunia ini.
Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana. Mana mungkin sebutir pasir bersanding dengan permata yang indah



Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lainnya, dilamar oleh lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, seorang imam yang memipin ke jannah-NYA, seorang mujahid yang mendidikku menjadi mujahidah, seorang lelaki yang mengajarkan betapa cinta pada dia tak boleh melebihi cinta pada-NYA.

Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihissalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mampu mendebarkan hati juataan gadis untuk membuat aku terpikat....

Tak perlu juga sehebat para sahabat...
Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan kedermawanannya, Umar Bin Khattab dengan ketangguhannya, Utsman Bin Affan dengan kesungguhannya, juga Ali Bin Abi Thalib dengan kegagahannya..

Karena aku pun bukanlah wanita yang sesabar Khadijah, setegar Fatimah, juga secerdik Aisyah…Aku hanyalah wanita yang selalu berusaha tuk menjadi karang yang yang tegar di dasar lautan dan tak goya dilanda badai… walupun kini seringkali terhempas oleh tiupan angin kecil…

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan menemani perjuangan jihadmu, meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu harapanku.....

Aku pasti berendam air mata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga…. Aaminnn...



Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

Post Comment