Kamis, 19 Mei 2011 | By: RifkiArya

Mengintip Lauhul Mahfudz


Alkisah ada seorang yang dikarunuiai Allah bisa membaca takdirnya berkaitan dengan jodoh sebagaimana tertulis dalam Lauhul Mahfudz. Ini tentu suatu karunia Allah yang sangat besar karena hanya segelintir orang yang memiliki. Namun sebelum kejadian berikutnya kita tidak tahu, apakah itu suatu bentuk karamah atau ujian baginya. Wallahu’alam bi showab.

Ketika mengintip Luhul Mahfudz, betapa kagetnya ia, ternyata calon istrinya nanti seorang perawan tua berwajah jelek yang tinggal di pinggir desanya. “Uh, Tuhan benar-benar Maha Humoris! Tapi, kali ini melucunya kok kebangeten sich?” begitu pikirnya. Wajar saja ia kaget karena selama ini ia dikelilingi oleh gadis-gadis cantik yang dipacarinya. Sejatinya ketika ia mengintip takdirnya, ia hanya ingin tahu di antara gadis-gadis yang mengitarinya itu manakah yang akan menjadi istrinya nanti.

Tentu saja ada pemberontakan di dalam dirinya, karena antara realitas yang dihadapinya sekarang dengan takdir masa depan yang dilihatnya sangat jauh berbeda. Ia tidak bisa mengerti, kenapa Allah begitu “iseng” dengan memberinya jodoh yang sangat jauh dari standarnya. “Oh my God, what do You mean dengan ini semua? Please, apa to maksude takdir-Mu ini?” begitu jerit hatinya.

Membayangkan kejadian tersebut, saya jadi takut untuk mengetahui takdir saya di masa depan. Karena jangan-jangan seperti lelaki itu, saya justru menjadi nggak ikhlas sama Tuhan. Padahal apa yang diberikan Tuhan pastilah yang terbaik buat kita, jadi tidak perlu dirisaukan. Kita hanya bisa bersyukur atau bersabar. Tapi jika saya diberi takdir seperti lelaki itu, apa ya bisa saya bersabar? Mungkin saya juga nggak bisa. A’uudzubillahi min dzaalika.

Kembali kepada lelaki tadi, kenapa Tuhan begitu “iseng” memberi ia jodoh dengan perawan tua yang jelek meskipun kaya? Menelusuri kisah lelaki itu, ternyata ada satu titik kritis yang dialami oleh lelaki itu beberapa tahun kemudian. Kalau sebelumnya ia hidup berkecukupan, bisa kuliah dengan uang kiriman orang tua, tiba-tiba ada suatu kejadian yang membalik sejarah hidupnya. Tiba-tiba ayahnya dipenjara gara-gara kasus korupsi miliaran rupiah. Ia pun jatuh miskin dan tidak bisa melanjutkan sekolah. Gadis-gadis cantik yang mengitarinya pun pada kabur menjauhinya. Sungguh kejadian yang tak dinyana.

Ia mencoba mandiri dengan merintis wirausaha, tapi karena memang tak punya bakat maka akhirnya gagal. Ia pun bekerja serabutan, baik yang halus maupun yang kasar, hingga sedikit demi sedikit ketampanan wajahnya mulai rusak. Dengan kondisi seperti itu, mana mau mendekat gadis-gadis “matre” yang dulu mengitarinya. Sungguh sengsara betul hidupnya.

Hingga suatu saat perawan tua itu mengulurkan pertolongan padanya. Bagaikan dewa penolong, perawan tua yang jelek itu membantu segala kebutuhannya, tanpa ada maksud minta imbalan sedikitpun. Karena bukan hanya ia saja yang ditolongnya, tapi masih banyak lagi kaum miskin yang dibantu olehnya. Hingga lama-kelamaan lelaki itu bisa merasakan betapa menariknya pribadi perawan tua itu. Kejelekan wajahnya ternyata tidak membuat akhlaknya menjadi buruk, bahkan justru teramat mulia. Tak salah lagi bila ia harus menikah dengannya.


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

Post Comment